Wacana Pendidikan Kritis

No Comments
Setiap gerak kehidupan manusia tidak terlepas namanya aktifitas pendidikan,karena diskursus mengenai pendidikan tidak pernah berhenti sampai kapanpun,pembahasan ataupun pendiskusian mengenai pendidikan pada hakekatnya berbicara tentang konfigugrasi manusia sebagai subyek,manusia sebagai implementator pendidikan sekaligus penerima pendidikan.Oleh karena itu,pendidikan menjadi inheren dalam kehidupan manusia.Selama peradaban manusia itu masih ada,selama itu pula pembahasan tentang pendidikan akan berjalan dinamis yakni kedinamisan ini melahirkan banyak interpretasi dan kajian pendidikan itu sendiri. pendidikan sebagai instumen untuk mengembangkan nalar atau kekuatan berpikir peserta didik,membentuk karakter peserta didik,mengembangkan moral peserta didik serta yang paling urgen dan substantif yakni mengembangkan dan membebaskan manusia ataupun peserta didik.
Pendidikan dalam pandangan Tan Malaka mengatakan bahwa pendidikan adalah proses social yang membantu anak dalam menggunakan kemampuan – kemampuanya sendiri demi mencapai proses perubahan social,sementara menurut Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Indonesia mengatakan pendidikan harus bisa memerdekakan manusia dari ketergantungan kepada orang lain dan bersandar pada kekuatan sendiri.Presiden pertama Indonesia soekarno mengatakan bahwa pendidikan merupakan arena untuk mengasah akal dan mengembangkan intelektualitas,sementara itu H.A.R.Tilaar menambahkan pendidikan tidak hanya menciptakan manusia yang pintar,tetapi juga berbudaya
Sementara dalam pandangan pandangan para tokoh mazhab pendidikan kritis seperti Paulo freire,Michael Apple,Pierrre Bordiu,Antonio Gramsi,maupun Ivan Illich,pendidikan sebagai subordinasi kekuasaan elite,freire mengungkapkan pendidikan merupakan alat penindasan.Apple menyakini sekolah melalui medium kurikulum merupakan alat hegemoni bagi kelompok dominan,senapas denagan Apple,pierre Bordiu menyatakan pendidikan sebagai reproduksi kekuasaan,Antonio Gramsi berpandangan bahwa pendidikan merupakan tempat penyamaian harkat manusia yang mampu melihat proses social menjadi intelektual organik yakni intelektual yang mampu menjawab proses harkemudian Illich menambahkan bahwa pendidikan melalui sekolah merupakan media mitosisasi manusia. Semeskipun terdapat perbedaan dalam menafsirkan mengenai pendidiki akan tetapi mempunyai kesamaan dalam inti mengenai pendidikan yakni tujuan pendidikan yang idealnya memanusiakan Manusia.
Pendidikan kritis dalam pandangan Paulo frire
Wacana Pendidikan kritis dalam jaman posmodern ini tidak terlepas dari sumbangsih gagasan dan idenya Paulo freire tentang hakikat pendidikan yang sejatinya,Paulo freire merupakan pemikir dan praktisi pendidikan asal brasil ini mempunyai peran penting dalam pembangunan pendidikan modern,bertolak dari filsafat tentang manusia dan dunia tersebut,freire kemudian merumuskan gagasan- gagasannya tentang hakekat pendidikan ialah terciptanya proses consentiasasi atau proses penyadaran terhadap setiap peserta didik yang awalnya mengalami dehumanisasi hingga terciptanya pendidikan yang memanusiakan manusia berakhir sebagai pembebasan manusia baru
Bagi freire,pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri,lanjutnya bahwa pendidikan harus mampu menjawab segala ketimpangan persoalan sosial yang terjadi dalam kehidupan social yakni misalnya terjadi ketimpangan sosial,kemiskinan,konflik sosial dan dan lain lain.Dalam proses pembangunan pendidikan kritisnya Paulo freire mencoba untuk merumuskan yang berbasis pada proses penyadaran manusia yang seutuhnya yakni mengedepankan proses dialogis atau dialektika dari pada menghafal dan pendidika dogmatis dan mengkritik model pendidikan “gaya bank” .Secara sederhana freire menyusun daftar antagonisme pendidikan “ gaya bank “ dalam bukunya paling monumental yakni “Politik pendidikan kebudayaan,kekuasaan dan pembebasan” sebagai berikut
1.Guru mengajar,murid belajar
2.Guru tahu segalanya,murid tidak tahu apa
3.Guru berpikir,murid tidak di pikirkan
4.Guru berbicara,murid mendengarkan
5.Guru mengatur,murid di atur
6.Guru memilih dan memaksakan pilihanya,murid menuruti
7.Guru bertindak,murid membayankan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya
8.Guru memilih apa yang akan di ajarkan,murid menyesuaikan diri
9. Guru adalah subyek proses belajar,murid obyeknya,
Ini menunjukan bahwa peserta didik hanya di jadikan kelinci percobaan dan menjadikan peserta didik sebagai obyek dari pembelajaran.Dalam filsafat pendidikannya Paulo freire mengaitkan bahwa pada hakikat pendidikan yakni memunculkan kesadaran baru bagi siswa yakni berawal dari kesadaran magic,kesadaran naïf,hingga kesadaran kritis terhadap dinamika social yang terjadi.Akhirnya Freire sampai pada formulasi filsafat pendidikan sendiri, yang di namakan sebagai pendidikan kaum tertindas.Sejalan itu tokoh pendidikan revolusioner Indonesia yakni Tan Malaka mengkritik model pembelajaran yang bersifat menghafal dan bersifat dogmatis karena tidak mampu menciptkan kesadaran kritis siswa.Terdapat empat kategori metode utama dalam proses pembelajaran yang di terapkan oleh Tan malaka
1. Metode dialogis
2. Metode jembatan keledai
3. Metode diskusi kritis
4. Metode sosiodrama
Ahir dari pendidikan pembebasan adalah pendidikan transformatif Menurut Mohtar buchori mengenai konsep pendidikan transformatif suatu keniscayaan karena dalam pembangunan sistem pendidikan tidak akan berubah tanpa sebuah rancangan,tanpa suatu pola yang lahir dari suatu grand design.Bagaiaman mengupayakan agar dunia pendidikan tidak begitu saja di tentukan sepenuhnya oleh pertimbangan – pertimbangan yang datang dari luar pendidikan,baik yang bersifat politis,ekonomis,atau teknologis akan tetapi harus mampu menjadi dirinya sendiri dan bersifat aktif dalam mengarahkan pertumbuhan dirinya tanpa intervensi dari luar.Ini bukan berarti pendidikan harus menutup diri terhadap terhadap dinamika yang terdapat dalam dunia politik,ekonomi atau teknologi,di manapun pendidikan akan selalu menghadapi imperatif – imperatif politik,ekonomi atau teknologi akan tetapi selalu berkenaan hal tersebut.
M sirozi dalam bukunya politik pendidikan mengatakan bahwa sistem pendidikan tidak bisa jauh dari konfigurasi atau pertautan dunia politik karena pendidikan adalah regulasi para elit politik yang senantiasa menyimpan pesan – pesan politik dalam upaya proses pengembangan politik pendidikan atau sebaliknya pesan politik pendidikan yang tidak konstruktif.
Menurut hemat saya bahwa wacana pendidikan kritis bukan saja di kembangkan atau di dengungkan pada di tataran konseptual semata akan tetapi mampu di praksiskan dalam pembangunan sistem pendidikan nasional yang selama ini hanya melihat design pendidikan pada proses pembangunan aspek pengetahuan yang bersifat doctrinal semata,melihat perkembangan pengetahuan siswa pada aspek peningkatan pengetahuan yang berahir adanya ,akan tetapi jauh lebih dari itu,berupaya membangun system pendidikan kritis dalam perspektif freire yakni pendidikan sebagai pembentukan kesadaran kritis siswa terhadap realitas social maupun sistem pendidikan dalam perspektifnya Tan Malaka yakni pendidikan berbasis realitas kehidupan sosial.
 
*Hermansyah (Ketua Panitia Olimpiade PPKn VI)
 
 

back to top